Setgab?
Apa itu Setgab? Makhluk jenis apa itu Setgab? Itulah kata pertama yang muncul
di benak saya ketika diberi tugas mengenai opini tentang konflik terjadi di
Setgab hari jum’at kemarin. Setelah mendapatkan informasi dari berbagi media
yang ada, saya pun tahu apa itu Setgab. Ternyata Setgab itu sering di ekspos di
televisi, maklum saya sudah terlalu males atau kurang memperhatikan berita saat
ini karena berita-berita yang ada saat ini hanya mengenai masalah korupsi yang
tak ada ujungnya, masalah anggota DPR yang selalu adu mulut dan mereka yang ada
di pemerintahan tidak sadar akan posisi mereka sebagai wakil rakyat.
Sebelum
memberikan opini mengenai Setgab, alangkah lebih baiknya kita mengetahui
terlebih dahulu mengenai Setgab. Setgab merupakan Sekretariat Gabungan Parpol
pendukung SBY yang dibentuk pada tahun 2010, yang mempunyai tujuan awal untuk
memperlancar komunikasi politik di antara anggotanya dan memperkokoh
pemerintahan. Setgab yang tidak lain
adalah partai koalisi yakni Demokrat, Golkar, PKS, PAN, PPP, serta PKB.
Beberapa tujuan pembentukan Setgab adalah untuk :
1.
Memberikan masukan mengenai program-program pemerintah.
2.
Menyeimbangkan pemerintahan dengan kritik dan saran
selama pemerintahan berjalan.
3.
Memberi kritik dan saran jika ada program pemerintah
yang tidak pro rakyat.
4.
Menjadi stabilisator politik agar pembangunan berjalan
dan rakyat sejahtera.
5.
Mendukung pemerintahan SBY-Boediono.
6.
Membangun konsolidasi politik sampai 2014 agar
stabilitas terjaga.
Dari pembahasan diatas, dapat
dilihat bahwa anggota Setgab adalah tidak lain adalah partai koalisi. Lalu apa
bedanya antara Setgab dan partai koalisi, buat apa membentuk Setgab jika
anggotanya adalah partai koalisi. Apa sebenarnya tujuan dibentuknya Setgab.
Apakah SBY ingin memperkuat kedudukannya dalam roda pemerintahan agar tidak ada
yang mengganggu atau mengkudetanya sampai pemerintahannya berakhir di tahun
2014.
Setgab sendiri yang menampung banyak
partai di dalamnya tentu memiliki banyak kepentingan, sehingga seringkali tidak
mampu menjaga kesepakatan atau kesepahaman antara mereka sendiri. Ada partai di
Setgab yang seenaknya sendiri melakukan manuver politik tanpa memperdulikan
lagi tujuan dari dibentuknya Setgab itu sendiri. Bukti paling nyata dapat kita
lihat dari PKS yang menyatakan dengan tegasnya menolak atau bersebrangan
pendapat dengan koalisi saat rapat paripurna mengenai kenaikan BBM kemarin.
Berikut saya ingin memaparkan
pendapat dari Sekretaris Setgab Syarief Hassan yang menyatakan, “Dalam
ketentuan kontrak koalisi dinyatakan bahwa kebijakan pemerintah yang strategis
wajib didukung dan dilaksanakan oleh anggota koalisi Setgab.”
Kalimat wajib mendukung kebijakan
pemerintah membuat setgab dipertanyakan statusnya sebagai wakil rakyat. Apa
maksud dari kata wajib tersebut. Menurut pendapat saya, kata wajib disini
berarti mau tidak mau koalisi Setgab harus tunduk terhadap segala kebijakan
pemerintah dan tidak ada bedanya dengan kerbau yang dicolok hidungnya. Partai
koalisi dijadikan wakil pemerintah bukan wakil rakyat. jika ada partai koalisi
yang tidak sejalan atau bersebrangan dengan kebijkan pemerintah maka langsung
dikeluarkan. Dimanakah letak demokrasi yang selama ini kami junjung dan
dijadikan roda pemerintahan, dimana kepentingan rakyat harus diperhatikan dan
didahulukan bukan kepentingan mereka sendiri.
Partai koalisi bukanlah wakil
rakyat. Mereka tidak boleh berbeda dari pemerintah, meski pemerintah salah.
Mereka harus tunduk atas apa yang diputuskan pemerintah. Setgab adalah produk
gagal dalam demokrasi karena mengusung paham otoriter.
Jika kita melihat dari
segi kepemimpinanya dapat diambil kesimpulan sebagai berikut ketika seorang Kepala Negara yang bernama
Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY disisi lain sebagai penentu kabijakan partai
Demokrat selaku dewan pembina, dan kemudian sebagai Ketua Umum di sekretariat
gabungan ataupun koalisi. SBY memakai tiga jabatan sekaligus dalam waktu yang
bersamaan yang tentunya harus selalu siap untuk menjadi figur bagi ketiga
jabatannya.
Mengapa hal ini bisa
terjadi? Jawabannya cuma satu karena sistem demokrasi. Di negara yang
menerapkan sistem demokrasi memang memberi peluang untuk melakukan hal
tersebut, namun potret kepemimpinan dewasa ini telah menunjukkan bahwa pola
kepemimpinan seperti itu telah melahirkan ketidakefektifan dalam mengelola
Negara secara utuh.
Menurut
pendapat saya, gaya kepemimpinan yang saat ini dijalankan dan mengakibatkan
ketidakefektifan dalam mengelola Negara ini disebabkan karena diterapkannya
gaya kepemimpinan otoriter secara tidak disadari oleh pemimpin bangsa ini dan
segala wewenang atau kebijakan selalu bersandar pada keputusan satu orang. Negara
kita. Gaya kepemimpinan demokrasi memberikan wewenang secara luas kepada para
bawahan bukan menyerahkan semua wewenang hanya pada satu orang. Dalam gaya
kepemimpinan ini pemimpin memberikan banyak informasi tentang tugas serta
tanggung jawab para bawahannya.
Pada
gaya kepemimpinan demokrasi, anggota memiliki peranan lebih besar. Bukan malah
sebaliknya, pemimpin yang memiliki peran lebih besar daripada anggotanya
seperti yang terjadi saat ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar