BAHASA VISUAL
Jauh sebelum ilmu desain komunikasi visual muncul,penyampaian informasi menggunakan bahasa visual (gambar) sesungguhnya telah dilakukan manusia
• Penemuan gambar pada dinding-dinding gua
• Bebatuan kuno
• Relief-relief candi
Hingga saat ini ,masyarakat modern di dunia barat masih mengakui bahwa bahasa visual sebagai sarana komunikasi yang sama pentingnya dengan bahasa verbal (tulis) .Oleh karena itu hampir setiap bentuk penyampaian pesan selalu menggunakan unsur-unsur visual (ilustrasi) ,disamping teks.
Karya-karya desain komunikasi visual
• Iklan
• Cover majalah
• Poster
• Brosur
• Kemasan produk dll
Ilmuwan Jerman Johanness Gutenberg (jasanya di bidang komunikasi cetak) th 1400-1468. Sebelum ditemukan mesin cetak th 1440, penyebaran informasi dilakukan hanya dengn:
• Bahasa lisan (oral)
• Informasi dilakukan dengan cara berteriak-teriak dilakukan dari satu tempat ke tempat lainnya.
Pada masa Yunani Kuno, penyampaian informasi semacam ini dilakukan dengan berteriak di tempat keramaian (belum ada pengeras suara),hal ini dilakukan pula di Indonesia .Orang-orang kepercayaan raja menyampaikan pengumuman kepada rakyat dengan cara berteriak sambil memukul alat bunyi gong,(cara penyampaian ini paling efektif pada masa ini).
Teknologi cetak mencetak dikembangkan dan mulai menyebar ke daratan eropa pada tahun 1462, memasuki abad ke 19,diperkirakan setiap kota besar di eropa telah terdapat percetakan. Semenjak itulah sesungguhnya kebutuhan desain komunikasi visual mulai dirasakan untuk membuat perwajahan lebih atraktif dan persuasif.
DESAIN GRAFIS DI ERA HINDIA-BELANDA
Di Indonesia sistem percetakan mulai dikenal sekitar tahun 1596, diduga bersamaan dengan mendaratnya pedagang-pedagang Belanda di jawa barat,VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie) pada tahun 1602. (mencetak buku pelajaran untuk keperluan anak-anak mereka di Indonesia pada waktu itu).
Selain buku ,jenis karya desain komunikasi visual yang sudah lama dikenal di Indonesia adalah iklan. Jan Pietrzoen Coen,pendiri kota Batavia sekaligus gubernur jenderal Hindia Belanda (1619-1629),memiliki peran cukup besar dalam membawa budaya iklan ke Indonesia,secara pasti belum diketahui sejak kapan Indonesia mengenal iklan. Sebuah pendapat mengatakan ,iklan mulai merambah nusantara pada abad ke 16,bersamaan dengan kegiatan perdagangan orang-orang eropa di Indonesia.
Menurut Bedjo Riyanto,iklan pertama kali muncul di Indonesia pada 7 Agustus 1744 di batavia,bersamaan dengan terbitnya surat kabar Bataviaasche Nouvelles milik VOC.
Iklan menggunakan media cetak,pada masa Hindia Belanda,mulai marak setelah negara kolonial menetapkan undang-undang agararia pada tahun 1870. Cara-cara promosi yang dianggap efektif untuk memenangkan persaingan dan menjaring investor saat itu adalah dengan memasang iklan di surat kabar, menempel poster di tempat strategis, dan menyebar leflet di tempat-tempat keramaian.
Pada awal abd ke 20 sudah banyak ditemui iklan tentang perkebunan di koran-koran,antara lain di Sumatera post yg merupakan basis perkebunan.Selain iklan perkebunan iklan kebutuhan keluarga seperti lampu,sepeda,bajubedak,sabun mandi,batik,rokok,obat2an dan barang-barang kebutuhan lainnya,disususl iklan-iklan jasa seperti kursus menjahit,reparasi dll.
Perusahaan periklanan mulai bermunculan dari yang besar ,menengah sampai perusahaan kecil yang banyak dijalankan oleh keturunan cina (NV TjiongHok Long thn 1901,dab Bureau Reklame Lauw Djin,keduanya berada di solo. Di semarang Liem Eng Tjang & Co, Tjioe Twan Ling).
Perusahaan periklanan dengan modal kecil ini perlahan-lahan berkembang dengan strategi beriklan berbagai surat kabar milik pribumi maupun keturunan cina.
Di bidang politik cara penyebaran informasi menggunakan media cetak sudah dilakukan kaum elit pribumi. Peristiwa paling heroik adalah saat Ki Hadjar Dewantara bersama Douwes Dekker dan DR.Cipto Mangunkusumo mencetak dan menyebarkan brosur berjudul ‘Seandainya Saya Seorang Belanda,’ selebaran berbahasa melayu ini memuat protes keras terhadap orang-orang Belanda,yang merayakan kemerdekaannya yg ke 100 di negeri jajahannya (1913) .Brosur ini di anggap menghasut dan membahayakan stabilitas .
DESAIN KOMUNIKASI VISUAL
Desain Komunikasi Visual (DKV),memiliki peran mengkomunikasikan pesan atau informasi kepada pembaca dengan berbagai kekuatan visual,seperti tipografi, ilustrasi, warna, garis,layout,dan sebagainya dengan bantuan teknologi.
Tidak dapat dihindari,karya-karya desain komunikasi visual sudah merampok sebagian perhatian dan waktu manusia. Maraknya karya-karya desain komunikasi visual menuntut desainer untuk lebih kreatif. Desain yang biasa-biasa saja dapat dipastikan kalah bersaing dan kurang diperhatikan pembaca. Desainer kini semakin di tuntut mampu memunculksn gagasan-gagasan besar,dan ide segar yang tidak terduga.
DESAINER BUKAN SENIMAN
Desainer grafis sudah menjadi profesi tersendiri seperti halnya,pelukis,fotografer,pematung,arsitek,dan sebagainya.
Bagaimanapun kretifnya desainer masih memiliki keterbatasan dan keterikatan misalnya tentang waktu pengerjaan,ukuran,bahan,teknik cetak,warna produk,atau brand image perusahaanlain yang tidak bisa semuanya sendiri harus mengikuti job order.
Tugas utama desain grafis:
• Menyampaikan informasi atau pesan-pesan dari pemberi order(klien)kepada sasaran pembaca yang di tuju (target audiens).
Untuk menyampaikan pesan dari klien desainer perlu menggunakan elemen-elemen visual seperti:
• Huruf
• Garis
• Warna
• Gambar
• Bidang yg disusun semenarik mungkin
Peran desainer lebih sebagai mediator antara klien (orang,perusahaan yang menyampaikan informasi dan audiens (segmen mayaraka yang menjadi target bisnis
Desain yang komunikatif dan menyenangkan dapat diwujudkan dengan bantuan:
• Ilustrator
• Fotografer
• Visualizer
• Kartunis
• Pelukis
• Layouter
• Kaligrafer
• Tipografer
• Penulis naskah( copywriter)
IKUTI TEKNOLOGI JIKA HENDAK BERTAHAN
Pada era 80 an dan sebelumnya,desainer grafis nyaris tidak ada kewajiban menyimak teknologi canggih. Ia bekerja secara manual menggunakan penggaris, mal, jangka, pensil, rapido, spidol, kuas, cutter, gunting, lem dan peralatan manual lainnya.
Semenjak komputer menggantikan peralatan manual dan menjadi alat bantu utama untuk memvisualisasikan ide-ide desain maka desainer wajib mengikuti perkembangan software dan hardware komputer.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar